Tethered jailbreak, seburuk apa?

Kebanyakan pengguna perangkat iOS seringkali menghindari yang namanya tethered jailbreak. Prinsipnya, untethered jailbreak all the way! Kenapa? Karena kesan yang didapatkan dari berbagai situs di Internet adalah tethered jailbreak itu seperti wabah yang harus dijauhi. Anda tidak boleh jauh dari komputer, beberapa menit saja Anda jauh dan iPhone Anda crash, boom… Anda tamat.

Sangat bergantung dengan komputer?

Betul butuh komputer, tapi tidak sampai sangat tergantung. Kalau dibilang butuh komputer sih sebenarnya bahkan pemilik iPhone yang untethered jailbreak pun masih butuh komputer. Entah itu untuk sync/backup, install aplikasi, transfer musik dan lain sebagainya. Kebutuhan penggunaan komputer untuk iPhone dengan tethered dan untethered jailbreak porsinya sama saja. Kecuali Anda orang yang hobinya me-restart iPhone, itu pasti masalah.

Crash?

Crash tidak hanya terjadi pada perangkat yang tethered jailbreak. Hanya saja, ketakutan terhadap crash ini levelnya berbeda antara pemilik iPhone yang tethered dan untethered jailbreak.

Begitu Anda memutuskan untuk melakukan jailbreak, saya harap Anda sudah paham dengan resikonya. Crash itu expected pada perangkat jailbroken. Maksudnya, ya… perangkat jailbroken itu memang tempatnya crash. Kalau tidak mau terjadi crash ya jangan jailbreak. Gampang kan.

Tamat?

Tidak juga. Crash yang sampai butuh restart/”just boot” memang kadang terjadi. Dan menurut pengalaman saya, pelaku utamanya adalah apps/tweaks yang tidak kompatibel yang ter-install dari Cydia. Dan juga meng-install apps/tweaks Cydia dari file .deb secara sendiri-sendiri, tanpa mengikutkan dependensinya.

Selain crash, beberapa tweaks di Cydia juga mengharuskan untuk melakukan reboot. Biasanya tweaks-nya adalah yang sifatnya essential atau penting. Kalau tweaks kecil dan sederhana yang tidak terintegrasi dengan SpringBoard biasanya tidak butuh reboot, selesai install bisa langsung dipakai. Untuk membedakannya agak sulit, karena baru ketahuan apakah butuh reboot atau tidak nanti pas tweaks-nya selesai ter-install. Dan celakalah yang mendapati kondisi ini yang sedang dalam perjalanan, dalam mobil misalnya.

Saya sarankan, install apps/tweaks dari Cydia pada saat Anda memang sudah siap. Maksudnya, kumpulkan daftar apps/tweaks yang ingin Anda install. Begitu Anda punya waktu luang dan lagi ada laptop di dekat Anda, baru deh semua yang ada dalam daftar Anda install ke iPhone. Walaupun ada yang butuh reboot, toh Anda sudah persiapkan laptop. Setelah itu, gunakan iPhone seperlunya saja. Kalau tiba-tiba muncul keinginan mengutak-atik/mengeksplorasi tweaks di Cydia, tahan dulu. Karena bisa saja karena satu tweak yang ter-install itu bikin iPhone Anda harus di-reboot. Masukkan ke dalam daftar dulu, seperti tadi 😉

Saya pernah men-jailbreak iPhone 3GS punya teman yang masih pakai iOS 5.0. Pada saat itu jailbreak untuk iOS 5.0 masih bersifat tethered, untethered-nya masih belum dirilis. Tapi karena teman saya ini sudah tidak sabar mau coba jailbreak gara-gara mau install tweaks dari Cydia, saya pikir ya sudah jailbreak tethered saja. Nanti kalau sudah di-jailbreak baru saya akan jelaskan apa itu tethered dan untethered.

Sebenarnya teman saya tidak akan tau kalau iPhone 3GS nya dalam kondisi tethered jailbreak, dia tidak punya kebiasaan matikan hp kalau tidur/malam, dan berhenti main game kalau baterainya sudah sekitar 40%. Intinya dia jarang sekali mematikan iPhone-nya. Tapi karena saya mau tunjukkan apa yang dimaksud dengan tethered jailbreak jadi saya suruh restart saja iPhone nya. Reaksinya yang sudah bisa saya duga: “eh, untuk apa di restart?”. Haha.. begitu stuck di logo Apple teman saya bilang “kenapa begini? Kenapa habis di-jailbreak jadi begini”. Baru deh saja jelaskan sampai dia ngerti perbedaannya.

Awalnya dia tampak bingung begitu sampai pada penjelasan “butuh komputer”, soalnya dia orangnya jarang di rumah dan tidak punya laptop. Tapi setelah saya jelaskan sampai seterusnya, akhirnya dia bisa maklum.

Saya cuma bilang, jangan install tweaks sembarangan, jangan restart kalau tidak perlu (kalau ini dia sudah paham), dan jangan terlalu asik main game sampai lupa di-charge dan iPhone-nya mati. Cuma itu.

Begitu iOS 5.1.1 dirilis, dan untethered jailbreak untuk iOS 5.0/5.1.1 sudah tersedia, teman saya datang ke saya lagi dan “nih iPhone saya, tolong di-untethered kan”.

So far so good. Tidak ada masalah atau keluhan berarti selama teman saya menjalani masa tethered jailbreak-nya. Dan saya pikir ini wajar saja. Artinya, isu-isu seputar tethered jailbreak ini sama sekali tidak mengganggu teman saya dalam menggunakan iPhone-nya. Tidak ada kepanikan gara-gara info “butuh komputer”.

Oke, itu cerita tentang teman saya. Bagaimana dengan Anda?

Apakah Anda rela tidak meng-update ke iOS versi terbaru (6.0.1) karena versi iOS terbaru tersebut belum punya jailbreak untethered? Atau justru berencana untuk downgrade tetapi karena tidak punya SHSH yang mendukung terpaksa Anda stay cool di iOS jadul? Coba saya tebak, versi iOS di iPhone 3GS/4 Anda masih 5.1.1 kan? Kalau saya salah, mungkin Anda bukan pengguna iPhone 3GS, iPhone 4. Atau lebih parah lagi, mungkin iOS yang Anda pakai masih versi 4.3.3 😀

Dengan asumsi Anda bukan tipe orang yang suka ngoprek (install apps/games/tweaks secukupnya), apakah sejak iPhone Anda di-jailbreak tethered, penggunaan iPhone-to-komputer Anda menjadi meningkat? Dalam sehari berapa kali Anda melakukan “Just boot”?

Atau mungkin Anda punya kisah lain terkait dengan masalah tethered jailbreak? Coba ceritakan.

Tethered jailbreak bukanlah masalah besar, sebenarnya. Justru saya anggap menguntungkan. Contohnya tethered jailbreak pada iOS 6.0.1 sekarang ini.

Tidak ada yang baru sebenarnya. Bahkan iOS 6.1 beta yang sudah bisa di-jailbreak tethered khususnya untuk iPhone 3GS dan iPhone 4 (A4) ini sudah bisa diperkirakan sebelumnya. Ini dikarenakan exploit limera1n (bootrom level exploit) masih cukup kuat untuk chip A4 sampai ke level tethered jailbreak. Sedangkan untuk mencapai level untethered jailbreak masih dibutuhkan exploit pendukung (biasanya kernel/userland exploit), dan proses ini, adalah yang paling membutuhkan waktu lama.

Karena adanya exploit limara1n inilah para pengguna iPhone 3GS atau iPhone 4 masih bisa santai merasakan jailbreak. Seandainya geohot tidak pernah menemukan exploit ini, mungkin nasib pengguna iPhone 3GS/4 dan iPhone 4S/iPad 2 sama saja sekarang ini. Sama-sama gigit jari.

Jadi, deal with it. Terima dengan ikhlas saja walaupun masih tethered. Ya hitung-hitung kita menghargai kerja keras para hacker iOS yang bersusah payah menciptakan exploit yang bisa dipakai dari iOS 4.1 sampai sekarang ini.

Yang penting adalah, setelah selesai melakukan jailbreak Anda meng-install apps/tweaks tepat yang bisa mendukung kinerja iPhone Anda selama masa tethered jailbreak-nya tersebut. Sebagai contoh, install semi-tethered dari Cydia.

SHSH pun tidak terlalu menolong. Untuk perangkat seri lama okelah, ada SHSH artinya bisa downgrade -bisa downgrade kemungkinan besar bisa dapat jailbreak yang tethered. Tapi untuk seri baru seperti iPad 2/iPhone 4S keatas SHSH itu tidak ada apa-apanya. Punya sih punya, tapi tidak bisa dimanfaatkan.

Punya SHSH itu cuma “luck” saja. Kalau pengguna lagi ingat untuk menyimpan/mem-backup-nya ya syukur deh. Tapi kebanyakan baru mau request SHSH begitu “signing window” dari Apple sudah ditutup. Baru ingat kalau sudah terlambat.

So.. nikmati saja apa yang ada sekarang (nikmati iOS 5.1.1 nya juga bisa). Ingat, masih ada pengguna iPad 2, iPad 3, iPhone 4S yang justru sangat ingin merasakan jailbreak, walaupun sebatas tethered jailbreak.