“Kenapa banyak iPhone refurbish?”

Beberapa waktu yang lalu di artikel Mengenai iPhone refurbish ada seorang pembaca yang menanyakan soal iPhone rekondisi atau refurbished

kalo banyak banget iPhone refurbished yg beredar, apa iPhone termasuk kurang bagus? berarti banyak iPhone yg dikembailkan karena rusak kan?

Sayangnya dulu saya tidak sempat untuk membalasnya karena kelupaan, dan karena sudah terlambat untuk membalasnya langsung di sana, maka saya berniat untuk membalasnya melalui tulisan ini.

Jadi, kenapa banyak iPhone rekondisi?

Pertanyaan ini bisa juga ditulis ulang sebagai “Kenapa banyak iPhone rekondisi yang diperjualbelikan?” atau “Kenapa banyak iPhone yang direkondisikan?”

Intinya, iPhone banyak direkondisikan karena smartphone buatan Apple ini sangat banyak peminatnya.

Apple adalah merek terpercaya dan populer di seluruh dunia yang terkenal dengan produk-produknya yang berdesain indah, minimalis, kokoh dan elegan. Oleh karena itu, siapa yang tidak ingin memiliki produk Apple? Hampir semua orang ingin memilikinya.

Masalahnya adalah, good product comes with price. iPhone masuk dalam kategori smartphone premium yang artinya kalau Anda ingin memilikinya Anda harus membayar dengan harga premium juga.

Seperti yang sudah sering saya jelaskan di blog ini, iPhone itu biasanya didistribusikan/dijual ke suatu negara melalui operator. Misalnya saja dulu pertama kali iPhone masuk ke Indonesia itu datangnya bersama Telkomsel. Waktu itu lumayan heboh (hanya terasa bagi penggemar Apple atau yang mengikuti perkembangan teknologi mobile), saat Telkomsel mulai membuka pendaftaran preorder iPhone 3G bagi pelanggannya dan juga calon pelanggan baru Telkomsel. Ada bermacam-macam bonus yang ditawarkan, baik bagi pelanggan prabayar atau pascabayar. Yang mau ambil bonus bisa dapat lebih murah tetapi pakai kontrak (bundling), sedangkan yang cuma mau iPhone nya saja harus bayar penuh, alias lebih mahal.

Tetapi, dengan adanya operator pendukung (contohnya dulu Telkomsel) tidak menjamin iPhone terbaru itu masuk ke Indonesia pada tahun yang sama saat diperkenalkan. Dan inilah yang menjadi masalah berikutnya bagi orang yang ingin memiliki iPhone; masalah ketersediaan. Yang mau beli iPhone harus menunggu dibukanya preorder dari operator, beli dari luar negeri, atau bisa juga beli barang black market-nya. Tapi itu dulu. Sekarang setelah 10+ tahun sejak iPhone pertama kali muncul di Indonesia orang-orang tidak perlu lagi bersusah payah untuk memiliki sebuah iPhone karena sebuah pilihan baru sudah tersedia, yaitu beli bekas atau rekondisi.

Untuk membeli iPhone terbaru mungkin Anda masih harus pakai cara lama, yaitu pesan dari luar negeri atau beli barang black market-nya. Tapi kalau hanya sekedar memiliki iPhone saja (tidak perlu yang terbaru), Anda sudah bisa mendapatkannya dari toko-toko penjual smartphone terdekat (dengan label “garansi distributor”).

Dengan merekondisikan iPhone, si penjual/toko bisa mewujudkan keinginan pembeli yang ingin sekali memiliki smartphone berlogo Apple ini sejak lama dengan harga yang relatif lebih murah. Bagi si penjual/distributor, tenang saja, ada cukup banyak iPhone rusak yang bisa disulap jadi baru untuk dijual kembali. Sedangkan bagi si pembeli, thank god!, yang penting iPhone dan hasil kameranya bagus kalau di-upload di Instagram.

iPhone rekondisi membuat pihak penjual dan pembeli sama-sama senang.

Dengan banyaknya iPhone rekondisi, orang tidak perlu lagi menunggu lama-lama dan tidak perlu mengeluarkan terlalu banyak uang untuk membeli sebuah iPhone. Dan inilah yang membuat mengapa iPhone rekondisi itu banyak sekali beredar atau diperjualbelikan. Karena banyak yang tertarik dengan barangnya, ketersediaannya dan juga harganya.

Apakah itu artinya iPhone itu barang yang jelek?”

Tidak juga.

Hanya karena banyak yang jual iPhone rekondisi bukan berarti iPhone itu tidak bagus. Malahan sebaliknya. Itu adalah bukti bahwa meskipun sudah menjadi zombie/setengah mati, iPhone tetap diminati banyak orang.

Smartphone dari brand lain lebih sedikit beredar rekondisinya karena jumlah peminatnya tidak sebanyak peminat iPhone rekondisi. iPhone rekondisi malahan sudah menjadi incaran utama bagi sebagian orang. Ada yang rela menabung sekian lama hanya untuk menarget sebuah iPhone rekondisi, bukan yang baru, karena yang baru terlampau mahal.

Banyak rekondisi yang beredar berarti banyak iPhone yang dikembalikan karena rusak?

Banyak rekondisi yang beredar berarti banyak peminatnya, entah itu peminat yang memang sadar dan paham kalau yang dia beli itu rekondisi, atau pun yang minat beli tetapi tidak sadar dan kurang paham mana yang bekas pakai biasa dan mana yang rekondisi.

Walau seandainya iPhone memang kualitasnya buruk dan cepat rusak, kalaupun banyak pengguna yang mengembalikannya (baca: klaim garansi) tetap saja tidak akan banyak beredar versi rekondisinya kalau peminatnya sedikit. Sekali lagi, di sini merek adalah kuncinya. Sebagian orang akan langsung yakin untuk membeli produk dari merek yang mereka percayai atau yang sudah terkenal. Dan keadaan ini yang seringkali dimanfaatkan oleh para distributor/toko-toko yang nakal yang melihat sifat masyarakat ini sebagai kesempatan untuk menjual barang rusak yang dipaketkan ulang. Kalau masyarakat tidak tertarik dengan mereknya, percuma saja merekondisi sebuah smartphone karena tidak akan ada yang beli.

Normalnya iPhone yang rusak kalau belinya resmi dari Apple Store atau reseller resmi Apple itu akan langsung ganti unit. Kadang ada juga yang mesti kirim unit ke tempat lain (misalnya dari Makassar ke Jakarta) buat diperiksa terlebih dahulu apa kerusakannya baru kemudian digantikan dengan yang baru.

Masalah baru muncul saat kerusakan terjadi karena kesalahan pengguna itu sendiri atau rusak pada saat garansinya sudah habis. Kalau sudah seperti itu, maka jalan keluarnya adalah ke tukang servis terdekat. Begitu barangnya sudah masuk tukang servis, artinya kualitasnya jadi menurun dratis karena pengerjaannya yang belum tentu sempurna dan kualitas komponen yang digunakan juga bisa bervariasi. Kalau pun sudah keluar dari tempat servis dan sehat, biasanya langsung dijual buat “cuci tangan”. Jualnya bisa ke orang langsung atau ke toko-toko yang menerima smartphone bekas semacam iPhone. Intinya, iPhone yang jadi barang rekondisi itu kualitasnya berbeda-beda. Yang paling top adalah rekondisi dari Apple yang setiap barangnya sudah melewati proses kontrol kualitas dengan komponen terbaik, sedangkan yang terburuk adalah rekondisi dari distributor/toko-toko yang kerjanya asal-asalan.

Jadi, beberapa iPhone rekondisi yang beredar sebenarnya adalah barang yang sudah di-recycle berkali-kali (artinya sudah keluar masuk tempat servis) yang biasanya setiap beberapa bulan sekali akan bermasalah karena penyakitnya yang sudah komplikasi. Itu juga yang menambah kesan kalau iPhone cepat rusak, atau iPhone banyak dikembalikan karena cepat rusak. Pengguna iPhone yang belinya resmi dari Apple atau reseller atau distributor resmi semacam iBox, dll pasti akan tahan lama. Sedangkan yang belinya bekas, atau “baru tapi bekas” dari toko-toko online yang kualitasnya tidak jelas pasti tidak akan tahan lama.